(Hikmah Republika, oleh Darmilus)
Umur manusia bukan sekejar jumlah deretan waktu, tetapi sejauh mana kita mengisi dan memberi arti. Dengan begitu, makna panjang umur bukanlah berapa lama kita hidup melainkan berapa banyak prestasi amal yang telah kita perbuat.
Kata iman dalam Al-Quran pada umumnya diikuti perintah untuk beramal sebagaimana kata shalat yang seringkali dikaitkan dengan kewajiban menunaikan zakat, membantu fakir miskin dan anak yatim. Tidak sempurnanya iman seseorang kalau tidak terbukti amalnya. Tidak sempurna shalat seseorang apabila tidak mendorong cinta kasih pada kaum yang lemah dan kekurangan.
Apalah artinya menggeleng-gelengkan kepada berdzikir apabila tidak peduli pada tetangga yang sedang sakit atau menahan lapar. Ibadah ritual menjadi hampa dan kehilangan ruhnya, apabila tidak dimanifestasikan dalam bentuk amal actual.
Dalam sebuah riwayat dikatakan, Khalifah Harun Al-Rasyid pernah bertanya kepada seorang kakek tua renta yang begitu asyik menanam kurma, “Untuk siapakan benih kurma yang kakek tanam ini, bukankah untuk memetik buahnya membutuhkan waktu yang lama?”
Dengan tersenyum sang kakek menjawab, “Anakku. sebentar lagi aku segera menghadap Sang Kekasih, karenanya benih kurma ini bukan untukku tetapi dia akan menjadi penolongku kelak di akherat. Semoga benih pohon kurma ini tumbuh dan subur, buahnya ranum, pohonnya rindang, sehingga burung-burung berkicau, kumbang madu berlomba menikmati sarinya, dan para pemngembara melepaskan lelahnya di bawah daunnya yang rindang. Kicauan burung, getaran kumbang serta napas lega para pengembara adalah doa dan cahaya terang yang mengiringi diriku di akherat kelak”.
Apa yang dilakukan kakek tua itu tidak lain dari amal aktual, serta memenuhi beberapa untaian hikmah sabda sang Rasul, “Allah sangat mencintai orang-orang yang bekerja. Mukmin yang kuat lebih baik dari mukmin yang lemah. Seandainya seseorang mencari kayu baker dan dipikul di punggungnya, hal itu lebih baik dari pada meminta-minta yang kadang-kadang diberi kadang-kadang ditolak. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.”
Maka mereka yang bekerja keras, dapat menjadi wasillah (perantara) untuk memperoleh maghfirrah illahiyah (ampunan-Nya).” Barang siapa yang di waktu sorenya merasakan kelelahan karena bekerja, berkarya dengan tangannya sendiri, di waktu sore itu pulalah telah terampuni dosanya” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
OWNER ZAHRA MUSLIM ANAK
Kamis, 03 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar